• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • About
Duit Elit

Duit Elit

Revolusi Keuangan Pribadi

Investasi Emas Digital: Aman Nggak untuk Jangka Panjang?

DuitElit.com - Revolusi Keuangan Pribadi

“Emas nggak pernah bohong.”

Kalimat itu sering kita dengar, apalagi pas lagi krisis ekonomi.

Tapi zaman sekarang, investasi emas udah nggak melulu soal beli batangan atau perhiasan fisik karena sekarang ada yang namanya emas digital.

Tapi pertanyaannya: aman nggak sih buat jangka panjang?

Jangan asal ikut tren dulu, yuk pahami dulu kelebihan, kelemahan, dan tips amannya.

Table of Contents

Toggle
  • Apa Itu Emas Digital dan Cara Kerjanya
  • Keuntungan Investasi Emas Digital
  • Risiko dan Kekurangan Investasi Emas Digital
  • Apakah Emas Digital Cocok untuk Investasi Jangka Panjang?
  • Tips Aman Berinvestasi Emas Digital

Apa Itu Emas Digital dan Cara Kerjanya

Waktu pertama kali mendengar istilah emas digital, saya sempat bingung juga.

Emas tapi digital? Bukannya emas itu harusnya bisa disentuh dan disimpan di rumah?

Tapi setelah dipelajari dan akhirnya terjun sendiri ternyata konsepnya nggak serumit yang dibayangkan.

Secara sederhana, emas digital adalah bentuk investasi emas yang dilakukan secara online melalui aplikasi atau platform digital.

Anda membeli emas dalam satuan gram, tapi tanpa harus menyimpan fisiknya.

Emas yang sudah dibeli tetap ada secara nyata dan biasanya disimpan oleh pihak ketiga yang terpercaya seperti Pegadaian atau Antam.

Tapi Anda nggak perlu repot simpan di rumah atau sewa brankas.

Nah, di sini letak perbedaan antara emas digital dan emas fisik.

Kalau emas fisik, Anda beli bentuk batangan atau perhiasan, dibawa pulang, lalu disimpan sendiri.

Risikonya? Ya, bisa hilang terselip, rusak, atau bahkan dicuri.

Sementara emas digital jauh lebih praktis, semuanya lewat aplikasi dari proses beli sampai jual.

Tanpa repot dan tanpa takut emasnya rusak atau hilang.

Saya pertama kali mencoba lewat Tokopedia Emas.

Waktu itu iseng aja beli Rp10.000 buat nyoba.

Prosesnya gampang banget: tinggal pilih nominal, bayar pakai GoPay, dan langsung muncul saldo gram emas di akun saya. Nggak pakai ribet.

Dan kalau mau jual? Tinggal klik jual, dan hasilnya langsung masuk ke saldo Tokopedia.

Selain Tokopedia, ada juga Pegadaian Digital yang menurut saya cukup terpercaya karena dikelola BUMN.

Di sana, Anda bahkan bisa mencetak fisik emas kalau saldo sudah cukup, misalnya minimal 1 gram.

Lalu ada juga Pluang, yang terintegrasi dengan Gojek dan platform investasi lainnya.

Banyak pilihannya, dan semuanya punya fitur serta biaya transaksi yang berbeda.

Cara kerjanya kurang lebih begini:

  1. Pilih nominal uang atau jumlah gram emas yang ingin dibeli.
  2. Lakukan pembayaran via transfer atau dompet digital.
  3. Emas digital masuk ke akun dalam bentuk saldo gram.
  4. Bisa dijual kembali kapan saja lewat aplikasi.
  5. Beberapa platform bahkan menyediakan opsi cetak fisik.

Tapi tentu saja, bukan berarti tanpa risiko.

Saya pernah beli saat harga emas lagi tinggi-tingginya, eh… dua hari kemudian turun drastis. Rasanya nyesek juga.

Tapi dari situ saya belajar: jangan FOMO, pantau harga emas harian, dan ingat bahwa emas cocok untuk jangka panjang, bukan buat trading harian.

Jadi kesimpulannya, emas digital itu cara praktis dan modern untuk mulai investasi emas, terutama buat Anda yang baru mulai dan ingin modal kecil.

Tapi pastikan paham cara kerjanya dan pilih platform yang legal dan terpercaya. Jangan asal ikut-ikutan.

Keuntungan Investasi Emas Digital

Saya masih ingat waktu pertama kali coba beli emas digital.

Iseng aja, karena lagi banyak banget iklan yang lewat di Instagram.

BACA JUGA:  Kenapa Menabung Sulit Secara Psikologis? Ini Cara Mengubahnya

Yang bikin saya langsung tertarik? Modalnya kecil banget, cuma Rp10.000 udah bisa beli emas.

Nggak perlu tunggu gajian dulu. Dan itu bikin saya mikir: “Kenapa nggak dicoba aja sekalian?”

Kalau dibandingin sama beli emas fisik, jelas lebih ringan di kantong.

Harga emas batangan minimal 1 gram bisa sampai Rp1 juta lebih.

Tapi lewat aplikasi, Anda bisa nyicil beli 0,01 gram, 0,05 gram, bahkan disesuaikan dengan uang sisa belanja bulanan.

Ini ngebuka akses buat siapa pun, termasuk pelajar, ibu rumah tangga, bahkan freelancer kayak saya yang penghasilannya fluktuatif.

Satu lagi yang saya suka banget: emas digital bisa dibeli dan dijual kapan aja lewat aplikasi.

Saya pernah, tengah malam iseng buka aplikasi Tokopedia Emas, lihat harga lagi turun, langsung beli.

Nggak ada jam operasional. Semua bisa dilakukan dari HP sambil rebahan.

Dan pas butuh dana mendadak, tinggal klik jual, hasilnya langsung cair ke saldo.

Yang bikin tambah praktis, nggak ada biaya penyimpanan fisik.

Kalau Anda simpan emas batangan di rumah, pasti mikir soal keamanan.

Mau disimpan di brankas bank? Biaya tahunan bisa bikin mikir dua kali.

Tapi di emas digital, semua udah diurusin sama platform-nya.

Emas Anda tersimpan di lembaga kustodian atau mitra resmi, dan Anda tetap bisa lacak jumlahnya real-time.

Saya pribadi merasa investasi emas digital ini cocok banget untuk diversifikasi portofolio jangka menengah.

Saya nggak all-in di emas, tapi saya masukin sekitar 15% dari total dana investasi ke emas digital buat jaga-jaga.

Kenapa? Karena emas cenderung stabil dan jadi aset safe haven, apalagi kalau ada gejolak ekonomi.

Waktu inflasi naik, nilai emas biasanya ikut naik juga. Jadi bisa jadi penyeimbang kalau saham lagi turun-turunnya.

Memang sih, return-nya nggak seagresif saham atau crypto. Tapi justru itu yang saya cari.

Buat jangka 3–5 tahun, emas digital bisa jadi pelindung nilai yang stabil. Nggak bikin deg-degan tiap buka aplikasi.

Jadi kalau Anda baru mulai belajar investasi, emas digital ini bisa jadi pintu masuk yang aman, murah, dan fleksibel.

Dan yang paling penting: Anda bisa mulai dari kecil, sambil belajar pelan-pelan.

Risiko dan Kekurangan Investasi Emas Digital

Waktu pertama kali terjun ke emas digital, saya pikir ini jenis investasi yang aman-aman aja.

Tapi ternyata, setelah beberapa bulan dijalanin, saya mulai sadar kalau ada juga risiko dan kekurangannya.

Jadi nggak bisa asal beli terus ditinggal begitu aja.

Yang pertama dan paling penting: risiko platform.

Banyak orang nggak sadar kalau nggak semua aplikasi emas digital itu diawasi oleh OJK atau Bappebti.

Saya sempat hampir daftar ke satu aplikasi yang tampilannya keren banget, promonya gede-gedean.

Tapi pas dicek lebih lanjut, ternyata belum terdaftar secara resmi.

Duh, ngeri juga. Jangan sampai uang kita parkir di tempat yang nggak jelas legalitasnya.

Jadi pastikan platform yang Anda gunakan udah resmi dan diawasi, kayak Pegadaian Digital, Tokopedia Emas (lewat mitra Pluang), atau platform lain yang punya sertifikasi jelas.

Terus ada juga biaya tersembunyi yang sering nggak disadari, terutama spread antara harga beli dan harga jual.

Contohnya gini: saya pernah beli emas digital seharga Rp1.025.000 per gram, tapi waktu saya coba cek harga jual di hari yang sama, cuma dihargai sekitar Rp995.000.

BACA JUGA:  Cara Cek Risiko Investasi Reksadana Sebelum Beli

Padahal harga pasar belum banyak berubah.

Jadi disitulah paltform mendapatkan keuntungan, dari selisih harga beli dan jual.

Makanya penting banget untuk bandingin spread antar platform sebelum Anda pilih yang cocok.

Lalu, yang kadang bikin frustrasi: emas digital nggak bisa langsung dicetak jadi emas fisik dalam jumlah kecil.

Saya pernah coba cetak dari saldo 0,5 gram, ternyata nggak bisa.

Minimal harus 1 gram, kadang bahkan 5 gram di beberapa platform.

Jadi kalau niat Anda buat pegang fisik emas, perlu pertimbangan lebih matang dan mungkin harus sabar sampai saldonya cukup.

Dan tentu saja, meskipun emas dikenal stabil, tetap ada risiko fluktuasi harga emas global dan inflasi.

Saya pernah beli pas harga emas global tinggi banget, mikirnya “wah, bakal naik terus nih.”

Eh, beberapa minggu kemudian malah turun tajam karena penguatan dolar AS.

Bikin nyesek juga, apalagi kalau butuh uang cepat.

Jadi kalau Anda butuh dana dalam waktu dekat, jangan terlalu mengandalkan emas sebagai satu-satunya instrumen.

Nilai emas bisa turun dalam jangka pendek, meskipun cenderung naik dalam jangka panjang.

Intinya, emas digital itu praktis dan cocok buat pemula, tapi tetap perlu riset, kehati-hatian, dan strategi.

Jangan cuma lihat sisi manisnya. Pahami juga risiko yang bisa muncul supaya Anda nggak kaget di tengah jalan.

Apakah Emas Digital Cocok untuk Investasi Jangka Panjang?

Kalau Anda tanya ke saya, “Apakah emas digital cocok buat investasi jangka panjang?”

Jawabannya: Iya, tapi bukan satu-satunya.

Maksud saya, emas itu bagus buat disimpan lama, tapi tetap harus dipadukan dengan instrumen lain. Jangan ditaruh semua di situ aja.

Saya belajar ini setelah lima tahun main di berbagai jenis investasi, dan rasanya seperti main strategi catur, harus tahu kapan bertahan, kapan nyerang.

Salah satu alasan saya suka emas, khususnya emas digital, karena punya karakteristik sebagai aset lindung nilai, atau bahasa kerennya hedging asset.

Jadi, waktu pasar lagi guncang, ekonomi nggak menentu, atau inflasi naik, emas biasanya justru bertahan atau malah naik.

Saya sempat ngerasain waktu pandemi COVID-19, banyak saham anjlok, tapi harga emas malah melesat.

Waktu itu saya senang banget punya alokasi di emas. Nggak banyak, tapi lumayan jadi penyeimbang.

Kalau bicara data, harga emas dalam 10–20 tahun terakhir emang cukup stabil.

Misalnya, dari tahun 2005 ke 2025, harga emas naik dari sekitar USD 430 per ons jadi lebih dari USD 2.000.

Kenaikannya nggak instan, tapi terus bertumbuh.

Nggak heran kalau banyak orang tua kita dulu suka banget simpan emas, karena nilainya “nggak ke mana-mana,” kata mereka.

Dan itu ada benarnya juga.

Tapi dibandingkan dengan saham atau reksadana?

Nah, di sinilah kita harus realistis. Rata-rata return saham (misalnya IHSG atau indeks global) bisa 10–15% per tahun kalau portofolionya bagus.

Reksadana saham pun bisa kasih return yang lebih tinggi dari emas.

Sementara emas, rata-ratanya cuma sekitar 6–8% per tahun, dan itu kalau Anda beli pas harga rendah, ya.

Jadi menurut saya, emas itu bukan buat cari untung besar, tapi lebih ke jaga nilai uang dari gerusan inflasi.

Nah, soal strategi investasi emas digital jangka panjang, saya punya beberapa tips berdasarkan pengalaman:

  1. Beli rutin tiap bulan, pakai sistem dollar-cost averaging. Saya biasanya sisihkan Rp100 ribu sampai Rp250 ribu tiap awal bulan, langsung beli emas lewat aplikasi.
  2. Jangan terlalu fokus sama harga harian. Saya dulu sering stres tiap lihat harga turun, sekarang saya biarin aja, toh niatnya jangka panjang.
  3. Gunakan emas digital sebagai bagian dari portofolio, maksimal 20% dari total aset. Sisanya bisa dibagi ke saham, reksadana, atau deposito.
  4. Pilih platform yang bisa cetak fisik juga, just in case nanti Anda pingin alihkan sebagian ke bentuk nyata.
  5. Dan yang paling penting: jangan panik jual pas harga turun. Saya pernah rugi karena buru-buru jual waktu harga anjlok. Kalau saya tunggu dua bulan aja, bisa balik modal.
BACA JUGA:  Investasi Modal Rp10 Ribu: Mitos atau Bisa Beneran?

Jadi, kalau Anda pengin investasi yang stabil, aman, dan nggak bikin deg-degan tiap minggu, emas digital ini bisa banget jadi pilihan jangka panjang.

Tapi tetap ya, jangan jadikan satu-satunya.

Anggap aja dia “penjaga” di tengah portofolio Anda, bukan striker utama, tapi penting banget buat pertahanan.

Tips Aman Berinvestasi Emas Digital

Kalau ada satu hal yang paling saya tekankan ke teman-teman yang baru mulai investasi emas digital, itu adalah: jangan asal pilih platform.

Karena saya pernah hampir tertipu aplikasi yang desainnya bagus tapi ternyata belum punya izin resmi.

Untung saya baca review dulu, jadi sempat mundur sebelum kejeblos.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah pastikan platform yang Anda pakai itu terdaftar dan diawasi oleh OJK dan Bappebti.

Dua lembaga ini ibaratnya “polisi” di dunia investasi.

Kalau aplikasinya nggak masuk daftar resmi, berarti nggak ada jaminan uang Anda aman.

Saya pribadi sekarang pakai Tokopedia Emas (mitra Pluang), Pegadaian Digital, dan juga pernah coba LakuEmas.

Semuanya udah punya lisensi yang jelas.

Kedua, cek fitur keamanan aplikasinya. Ini sering banget diabaikan, padahal penting.

Saya pernah punya pengalaman buruk: lupa logout, terus HP saya dipinjam orang.

Untungnya platform-nya punya autentikasi dua langkah (2FA) dan saya sempat aktifin.

Sejak saat itu, saya selalu pastikan akun punya proteksi ganda.

Juga perhatikan apakah platform menggunakan enkripsi data, terutama saat transaksi.

Ini bisa Anda cek di bagian kebijakan privasi atau FAQ mereka.

Hal ketiga yang kadang bikin rugi diam-diam adalah biaya transaksi dan spread harga beli-jual.

Saya pernah bandingin tiga aplikasi, dan ternyata ada selisih hingga Rp40.000 per gram antara harga jual dan beli.

Itu gede banget, apalagi kalau Anda transaksi rutin.

Jadi, bandingkan dulu sebelum Anda mutusin pakai yang mana.

Jangan cuma lihat siapa yang kasih promo cashback, tapi cek juga berapa biaya mereka “mengambil margin.”

Dan yang terakhir, ini penting banget: jangan taruh semua uang Anda di emas digital.

Saya tahu emas itu terasa aman dan stabil, tapi tetap saja, diversifikasi itu kunci.

Saya sendiri cuma alokasikan sekitar 15–20% dana investasi ke emas.

Sisanya saya sebar ke reksadana, deposito, dan saham blue chip.

Soalnya kalau satu instrumen jatuh, yang lain masih bisa backup.

Udah terlalu banyak cerita orang yang rugi karena “all-in” ke satu aset doang.

Saran saya: anggap emas digital itu kayak pagar di rumah.

Dia bikin stabil, aman, dan ngasih rasa tenang.

Tapi tetap butuh isi rumah yang lain biar portofolio investasi Anda nggak monoton dan cuma satu macam.[]

Terkait

  • 8 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Anak Muda (Tanpa Sadar)
  • Investasi Modal Rp10 Ribu: Mitos atau Bisa Beneran?
  • Strategi Mengelola Uang Bulanan untuk Freelancer & Pekerja Lepas
  • Cara Cek Risiko Investasi Reksadana Sebelum Beli
  • Hidup Minimalis: Cara Simpel Menghemat dan Mengatur Uang
  • 6 Langkah Mudah Melunasi Utang Tanpa Harus Jual Aset

Filed Under: Investasi Tagged With: emas, investasi

Primary Sidebar

More to See

Strategi Mengelola Uang Bulanan untuk Freelancer & Pekerja Lepas

Kenapa Banyak Orang Salah Paham soal Asuransi Unit Link?

Copyright © 2025 · DuitElit.com