“Kok saldo unit link saya habis padahal udah bayar terus?”
Kalimat seperti itu sering banget kita dengar, kan?
Menurut data OJK, sebagian besar nasabah tidak membaca atau tidak paham isi polis saat membeli asuransi unit link.
Akibatnya? Banyak yang merasa kecewa atau merasa tertipu di kemudian hari.
Artikel ini akan membongkar kenapa banyak orang salah paham soal asuransi unit link.
Yuk, simak sampai habis sebelum kamu bilang, “Unit link itu pasti penipuan!” 😉
Apa Itu Asuransi Unit Link dan Cara Kerjanya?
Waktu pertama kali denger tentang asuransi unit link, banyak orang langsung mikir, “Oh, ini asuransi yang bisa sekalian nabung atau investasi, ya?”
Kedengarannya keren banget. Tapi banyak juga yang nggak benar-benar ngerti cara kerjanya.
Paling banter agen cuma bilang, “Premi Anda sebagian buat asuransi, sebagian diinvestasikan. Jadi bisa dapet proteksi dan cuan sekaligus.”
Tapi ya… ternyata nggak sesimpel itu, sobat. Beda besar banget sama asuransi tradisional.
Kalau asuransi tradisional itu fokus 100% buat proteksi, kayak asuransi jiwa berjangka, maka unit link itu campuran, ada proteksi dan ada investasi.
Nah, yang banyak orang nggak tahu, premi yang dibayar tuh langsung “dicuil” buat beberapa komponen.
Ada buat bayar biaya akuisisi, biaya asuransi (proteksi), biaya administrasi, dan baru sisanya dimasukin ke dana investasi.
Jadi jangan kaget kalau di awal tahun, nilai tunainya masih kecil banget. Kadang bahkan belum ada sama sekali.
Yang bikin saya agak zonk itu pas liat laporan tahun pertama.
Saya udah setor Rp1 juta per bulan, tapi nilai investasinya… baru ratusan ribu.
Saya sempet mikir, “Ini kemana semua uang saya?”
Baru deh kemudia saya paham soal biaya-biaya di awal tahun polis.
Biaya akuisisi bisa nyampe 70% dari premi di tahun pertama! Gila nggak?
Terus ada lagi istilah fund management.
Jadi uang yang masuk ke bagian investasi bakal dikelola oleh manajer investasi, tergantung jenis dana yang kita pilih.
Bisa reksa dana saham, pendapatan tetap, pasar uang, dll. Nah, di sinilah risiko pasar mulai berperan.
Kalau pasar lagi jelek, nilai investasi Anda bisa turun juga.
Bahkan pernah saya liat nilai unit saya drop hampir 20% pas pasar saham anjlok.
Pelajaran pentingnya? Unit link bukan alat cari untung cepat.
Ini produk jangka panjang, dan harus dipahami cara mainnya.
Kalo Anda cuma pengen proteksi, mungkin lebih cocok ambil asuransi tradisional aja.
Tapi kalau paham risiko pasar dan mau manfaat ganda (proteksi plus investasi), unit link bisa jadi pilihan… asal paham dan nggak kaget sama naik-turunnya nilai tunai.
Pokoknya jangan malas baca polis. Tanyakan soal alokasi premi, biaya-biaya, dan jenis dana investasinya.
Kenapa Banyak Orang Salah Paham tentang Unit Link?
Banyak orang kesel dan merasa tertipu sama produk asuransi unit link.
Bukan karena produknya jelek, tapi karena kebanyakan nggak ngerti cara kerjanya, dan sayangnya, agen juga lebih fokus ke “cuan dari investasinya” daripada perlindungannya.
Waktu itu, agennya bilang, “Kak, premi Rp1 juta per bulan nanti bisa balik puluhan juta dalam 10 tahun. Plus ada perlindungan jiwa.”
Ya saya mikirnya, “Wah, nabung sambil dapat proteksi. Mantap!”
Tapi nggak pernah dia jelasin soal biaya akuisisi yang gede di awal atau risiko investasinya.
Saya juga nggak disuruh baca fund fact sheet. Pokoknya dijual kayak produk tabungan berhadiah besar.
Dan di situlah banyak orang akhirnya merasa “tertipu”.
Masalahnya memang banyak agen yang lebih kejar target jualan daripada edukasi.
Ini yang disebut mis-selling. Mereka jual impian, bukan fakta. Padahal unit link itu kompleks.
Harusnya dijelasin dulu bahwa ini adalah produk gabungan: proteksi dan investasi. Bukan salah satu aja.
Banyak orang malah beli karena pengen return-nya, bukan karena butuh proteksinya.
Dan saya juga salah satu korban harapan nggak realistis.
Saya kira, tiap tahun pasti untung. Tapi realitanya?
Tahun ketiga saya liat saldo saya hampir sama kayak tahun pertama.
Nggak naik signifikan karena pasar lagi lesu dan ada potongan biaya bulanan.
Di situ baru sadar saya nggak pernah nanya skenario terburuk ke agen saya.
Oh, dan satu hal yang paling sering bikin orang shock: biaya-biaya di awal tahun polis.
Banyak nasabah nggak tau kalau di 5 tahun pertama, premi mereka lebih banyak kepotong biaya.
Jadi walau udah bayar jutaan, nilai tunainya bisa kecil banget.
Apalagi kalau ada tunggakan premi, bisa langsung ke-debet dari saldo unit, terus lama-lama habis deh. 😩
Jadi kenapa banyak orang salah paham soal unit link?
Karena mereka nggak dikasih waktu buat belajar sebelum beli.
Edukasi minim, ekspektasi ketinggian, dan akhirnya kecewa.
Padahal kalau dari awal dikasih tahu dengan jujur dan lengkap, pasti lebih banyak yang bisa ambil manfaatnya.
Saya sendiri sekarang lebih hati-hati, baca semua polis, tanya biaya satu-satu, dan pastikan tujuan saya sesuai dengan produk.
Kalau Anda belum paham betul tentang semua biaya, fitur, dan risikonya, mending tunda dulu deh.
Jangan beli karena FOMO atau kasihan sama teman yang jualan.
Beli karena kamu tahu itu yang Anda butuhkan. ✌️
Risiko dan Biaya dalam Asuransi Unit Link yang Sering Diabaikan
Waktu pertama kali buka laporan polis unit link, saya nyaris copot jantung.
Saya udah nyetor premi lebih dari dua tahun, tapi nilai investasinya?
Nggak sampai separuh dari total yang saya setor.
Saya mikir, “Ini penipuan apa gimana sih?” Tapi ternyata bukan.
Saya aja yang nggak ngerti tentang risiko dan biaya dalam asuransi unit link.
Yang paling nyakitin di awal itu biaya akuisisi.
Di tahun pertama, bisa sampai 70% dari premi kamu dipotong untuk biaya ini.
Artinya, kalau Anda setor Rp1 juta per bulan, hampir Rp700 ribu itu langsung kepotong biaya, bukan masuk investasi.
Belum lagi ada biaya administrasi bulanan, biasanya sekitar Rp20–50 ribu tergantung produk.
Trus ada juga biaya pengelolaan investasi, yang diambil dari nilai unit.
Jadi makin gede saldonya, makin besar juga potongannya.
Nah, yang sering orang lupakan juga: unit link itu investasi. Dan namanya investasi, ya ada risiko pasar.
Dana yang masuk ke investasi itu dikelola seperti reksa dana.
Jadi kalau pasar saham atau obligasi turun, nilai unit juga bisa turun.
Bahkan saya pernah ngalamin nilai unit saya minus selama tiga bulan berturut-turut, padahal saya rutin bayar premi.
Sakit? Banget. Tapi itu risiko yang harus diterima dari awal.
Sekarang kita bahas yang banyak orang nggak tahu kalau Anda telat atau stop bayar premi, polis tetap “berjalan”.
Maksudnya, biaya asuransi dan biaya lain-lain masih tetap dipotong, tapi diambil dari saldo investasi yang udah ada.
Kalau Anda stop bayar terlalu lama dan saldo terus dikikis buat nutup biaya, lama-lama habis.
Dan ya… saldo bisa nol walau kamu pernah bayar terus di awal.
Ini bukan kasus langka, saya kenal beberapa orang yang ngalamin hal sama.
Dan ini bukan soal produknya jelek, tapi karena nggak semua orang paham cara kerjanya.
Kalau kamu ngerti bahwa di awal banyak potongan, dan bahwa kamu perlu bayar rutin selama minimal 10 tahun supaya nggak tekor, ya kamu bisa siapin mental dan keuangan.
Tapi kalau kamu cuma pikir ini kayak tabungan atau deposito, ya siap-siap kecewa.
Pelajaran paling penting dari pengalaman saya? Jangan asal beli unit link kalau kamu nggak siap sama risikonya.
Jangan juga cuma fokus ke janji “imbal hasil tinggi”.
Fokus ke tujuan kamu dulu: apakah kamu butuh proteksi jangka panjang, dan apakah kamu siap berkomitmen bayar rutin?
Kalau iya, unit link bisa jadi pilihan. Kalau nggak, mungkin lebih baik pertimbangkan alternatif lain.
Unit link itu ibarat dua sisi mata uang: proteksi dan investasi.
Tapi juga dua sisi risiko: biaya dan pasar. Jangan cuma liat keuntungannya, liat juga sisi tajamnya.
Kapan Asuransi Unit Link Bisa Menguntungkan?
Saya pernah ketemu seorang nasabah, sebut aja Bu Rina, yang udah pegang polis unit link selama 14 tahun.
Dan tahu nggak? Nilai tunainya udah tembus ratusan juta, bahkan lebih dari total premi yang dia bayar.
Waktu saya tanya kenapa dia bisa “untung” padahal banyak orang lain ngeluh soal unit link, jawabannya simpel: “Saya gak buru-buru dan dari awal udah tahu ini buat jangka panjang.”
Dan itu kuncinya. Unit link baru terasa untung kalau Anda sabar.
Ini bukan produk untuk 3–5 tahun. Cocoknya untuk minimal 10 tahun, bahkan lebih.
Soalnya di awal-awal, potongan biaya gede banget.
Tapi makin lama Anda stay, makin kecil persentase biaya terhadap premi, dan makin besar potensi pertumbuhan investasinya.
Yang saya suka juga dari unit link adalah manfaat gandanya.
Jadi misalnya Anda meninggal dunia, keluarga tetap dapet uang pertanggungan (UP).
Tapi kalau panjang umur, ya Anda bisa nikmatin nilai tunainya.
Ini beda banget sama asuransi tradisional yang kalau nggak klaim ya duitnya “hangus”.
Unit link tuh kayak gabungan asuransi jiwa dan investasi reksa dana.
Terus, ada fitur yang sering banget diabaikan: top-up dan switching dana.
Dulu saya pikir, premi ya segitu-segitu aja. Tapi ternyata kamu bisa top-up tambahan dana kapan aja, dan itu langsung masuk ke investasi.
Misalnya pas pasar lagi lesu, kamu bisa top-up murah dan dapet unit lebih banyak.
Terus kalau danamu ditaruh di reksa dana saham dan Anda pengin pindah ke pasar uang karena takut risiko, tinggal switch lewat aplikasi atau minta bantuan agen.
Fleksibel banget, tinggal Anda mau aktif kelola atau pasrah aja.
Tapi ingat, gak semua orang cocok pakai unit link.
Ini cocok untuk Anda yang punya profil risiko moderat ke tinggi, alias Anda siap menghadapi naik-turunnya pasar.
Kalau Anda tipe orang yang pengin kepastian atau gampang panik pas lihat saldo merah, mungkin lebih cocok asuransi tradisional plus investasi terpisah.
Karena di unit link, gak ada jaminan cuan. Yang ada itu potensi imbal hasil, bukan kepastian.
Kalau Anda tipe yang bisa disiplin nabung jangka panjang, mau belajar dikit soal dana investasi, dan ngerti bahwa biaya di awal itu harga dari proteksi dan peluang jangka panjang, nah, barulah unit link bisa jadi “teman baik”.
Tapi kalau cuma pengin return cepat, ya siap-siap kecewa.
Intisarinya adalah unit link menguntungkan bukan karena produknya aja, tapi karena kita tahu cara makainya.
Tips Agar Tidak Salah Pilih dan Salah Paham Lagi
Kalau bisa balik ke masa saat pertama kali ditawarin asuransi unit link, saya bakal nanya lebih banyak.
Waktu itu saya terlalu cepat bilang “oke” karena merasa dikejar waktu dan dibujuk pake kalimat manis: “Ini investasi sambil proteksi, Kak. Dua manfaat dalam satu produk.”
Terdengar praktis banget, ya? Tapi ya itu, nggak ada yang ngajarin saya cara bacanya, apalagi tentang biaya dan risiko.
Jadi kalau Anda nggak mau jatuh ke lubang yang sama, tips pertama: baca ilustrasi polis sampai tuntas.
Saya tahu, itu dokumen bisa sampai belasan halaman dan pusingin.
Tapi di sanalah kita bisa liat skenario nilai tunai tahun demi tahun, biaya-biaya bulanan, sampai prediksi kalau kita stop bayar di tahun keberapa.
Dan satu lagi, minta juga fund fact sheet buat dana investasinya.
Di situ Anda bisa liat dana dikelola siapa, performanya gimana, dan ke mana uang dialokasikan.
Jangan cuma percaya janji “bisa untung 15% setahun”. Liat datanya.
Kedua, jangan sungkan tanya semua biaya sejak awal.
Mulai dari biaya akuisisi, biaya administrasi, biaya asuransi, sampai biaya switching.
Saya pernah nemu agen yang gak bisa jawab tegas soal besar biaya switching.
Kalau agen Anda nggak nyaman saat ditanya soal biaya, itu udah red flag.
Karena agen yang baik itu bukan cuma bisa jual, tapi bisa edukasi.
Saya pribadi sekarang cuma mau kerja sama sama agen yang sabar jelasin dan bisa jawab “Kenapa saya harus ambil produk ini, bukan yang lain?”
Nah, ini penting juga: bandingin dulu sama produk lain.
Kadang, kalau tujuan utama Anda cuma proteksi jiwa, lebih cocok ambil asuransi tradisional. Lebih murah dan manfaatnya jelas.
Atau kalau kamu cuma mau investasi, ya mending reksa dana aja sekalian.
Biayanya lebih rendah, dan Anda bisa cairin kapan aja.
Jangan cuma beli unit link karena kelihatannya praktis, dua manfaat dalam satu sering kali artinya juga dua jenis risiko dalam satu.
Intinya, jangan takut kelihatan cerewet. Ini uang Anda.
Edukasi diri dulu, baru ambil keputusan. Jangan sampai ikut-ikutan beli karena teman-teman juga punya, atau karena ngerasa “kasihan” sama agen yang temen sendiri.
Unit link itu bisa bagus, asal tahu apa yang Anda beli dan kenapa harus beli.[]